Legenda REOG PONOROGO dan WAROK

>> Kamis, November 26, 2009


Salah satu ciri khas seni budaya Kabupaten Ponorogo Jawa Timur adalah kesenian Reog Ponorogo. Reog, sering diidentikkan dengan dunia hitam, preman atau jagoan serta tak lepas pula dari dunia mistis dan kekuatan supranatural. Reog mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat sekitar 50 kilogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan berlangsung. Instrumen pengiringnya, kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan terutama salompret, menyuarakan nada slendro dan pelog yang memunculkan atmosfir mistis, unik, eksotis serta membangkitkan semangat. Satu group Reog biasanya terdiri dari seorang Warok Tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah kelompok reog berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran utama berada pada tangan warok dan pembarongnya.


Seorang pembarong, harus memiliki kekuatan ekstra. Dia harus mempunyai kekuatan rahang yang baik, untuk menahan dengan gigitannya beban “Dadak Merak” yakni sebentuk kepala harimau dihiasi ratusan helai bulu-bulu burung merak setinggi dua meter yang beratnya bisa mencapai 50-an kilogram selama masa pertunjukan. Konon kekuatan gaib sering dipakai pembarong untuk menambah kekuatan ekstra ini, salah satunya dengan cara memakai susuk, di leher pembarong. Untuk menjadi pembarong tidak cukup hanya dengan tubuh yang kuat. Seorang pembarong pun harus dilengkapi dengan sesuatu yang disebut kalangan pembarong dengan wahyu yang diyakini para pembarong sebagai sesuatu yang amat penting dalam hidup mereka. Tanpa diberkati wahyu, tarian yang ditampilkan seorang pembarong tidak akan tampak luwes dan enak untuk ditonton. Namun demikian persepsi misitis pembarong kini digeser dan lebih banyak dilakukan dengan pendekatan rasional. Menurut seorang sesepuh Reog, Mbah Wo Kucing “Reog itu nggak perlu ndadi. Kalau ndadi itu ya namanya bukan reog, itu jathilan. Dalam reog, yang perlu kan keindahannya“.

Legenda Cerita Reog

Reog dimanfaatkan sebagai sarana mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi yang efektif bagi penguasa pada waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat cerita legendaris mengenai Kerajaan Bantaranangin yang oleh sebagian besar masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah. Adipati Batorokatong yang beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk menyebarkan agama Islam. Nama Singa Barongan kemudian diubah menjadi Reog, yang berasal dari kata Riyoqun, yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun sepanjang hidupnya bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada Allah, maka surga jaminannya. Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah yang diteruskan mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.

Menurut legenda Reog atau Barongan bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Selain itu agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. Di masa kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya.

Reog mengacu pada beberapa babad, Salah satunya adalah babad Kelana Sewandana. Babad Klana Sewandana yang konon merupakan pakem asli seni pertunjukan reog. Mirip kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jongrang, Babad Klono Sewondono juga berkisah tentang cinta seorang raja, Sewondono dari Kerajaan Jenggala, yang hampir ditolak oleh Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta Sewondono untuk memboyong seluruh isi hutan ke istana sebagai mas kawin. Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandono harus mengalahkan penunggu hutan, Singa Barong (dadak merak). Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. Para warok, prajurit, dan patih dari Jenggala pun menjadi korban. Bersenjatakan cemeti pusaka Samandiman, Sewondono turun sendiri ke gelanggang dan mengalahkan Singobarong. Pertunjukan reog digambarkan dengan tarian para prajurit yang tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita, gerak bringasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum Sewandana, sang raja pencari cinta.

Versi lain dalam Reog Ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Dari situ terciptalah Reog Ponorogo. Huruf-huruf reyog mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: Rasa kidung/ Ingwang sukma adiluhung/ Yang Widhi/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung kersaning Kang Maha Kuasa. Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual yang memberikan nafas pada kesenian Reog Ponorogo.

Warok

Warok sampai sekarang masih mendapat tempat sebagai sesepuh di masyarakatnya. Kedekatannya dengan dunia spiritual sering membuat seorang warok dimintai nasehatnya atas sebagai pegangan spiritual ataupun ketentraman hidup. Seorang warok konon harus menguasai apa yang disebut Reh Kamusankan Sejati, jalan kemanusiaan yang sejati.



Warok adalah pasukan yang bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara kebaikan dan kejahatan dalam cerita kesenian reog. Warok Tua adalah tokoh pengayom, sedangkan Warok Muda adalah warok yang masih dalam taraf menuntut ilmu. Hingga saat ini, Warok dipersepsikan sebagai tokoh yang pemerannya harus memiliki kekuatan gaib tertentu. Bahkan tidak sedikit cerita buruk seputar kehidupan warok. Warok adalah sosok dengan stereotip: memakai kolor, berpakaian hitam-hitam, memiliki kesaktian dan gemblakan.Menurut sesepuh warok, Kasni Gunopati atau yang dikenal Mbah Wo Kucing, warok bukanlah seorang yang takabur karena kekuatan yang dimilikinya. Warok adalah orang yang mempunyai tekad suci, siap memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. “Warok itu berasal dari kata wewarah. Warok adalah wong kang sugih wewarah. Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik”.“Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa” (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).

Syarat menjadi Warok

Warok harus menjalankan laku. “Syaratnya, tubuh harus bersih karena akan diisi. Warok harus bisa mengekang segala hawa nafsu, menahan lapar dan haus, juga tidak bersentuhan dengan perempuan. Persyaratan lainnya, seorang calon warok harus menyediakan seekor ayam jago, kain mori 2,5 meter, tikar pandan, dan selamatan bersama. Setelah itu, calon warok akan ditempa dengan berbagai ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan. Setelah dinyatakan menguasai ilmu tersebut, ia lalu dikukuhkan menjadi seorang warok sejati. Ia memperoleh senjata yang disebut kolor wasiat, serupa tali panjang berwarna putih, senjata andalan para warok. Warok sejati pada masa sekarang hanya menjadi legenda yang tersisa. Beberapa kelompok warok di daerah-daerah tertentu masih ada yang memegang teguh budaya mereka dan masih dipandang sebagai seseorang yang dituakan dan disegani, bahkan kadang para pejabat pemerintah selalu meminta restunya.

Gemblakan

Selain segala persyaratan yang harus dijalani oleh para warok tersebut, selanjutnya muncul disebut dengan Gemblakan. Dahulu warok dikenal mempunyai banyak gemblak, yaitu lelaki belasan tahun usia 12-15 tahun berparas tampan dan terawat yang dipelihara sebagai kelangenan, yang kadang lebih disayangi ketimbang istri dan anaknya. Memelihara gemblak adalah tradisi yang telah berakar kuat pada komunitas seniman reog. Bagi seorang warok hal tersebut adalah hal yang wajar dan diterima masyarakat. Konon sesama warok pernah beradu kesaktian untuk memperebutkan seorang gemblak idaman dan selain itu kadang terjadi pinjam meminjam gemblak. Biaya yang dikeluarkan warok untuk seorang gemblak tidak murah. Bila gemblak bersekolah maka warok yang memeliharanya harus membiayai keperluan sekolahnya di samping memberinya makan dan tempat tinggal. Sedangkan jika gemblak tidak bersekolah maka setiap tahun warok memberikannya seekor sapi. Dalam tradisi yang dibawa oleh Ki Ageng Suryongalam, kesaktian bisa diperoleh bila seorang warok rela tidak berhubungan seksual dengan perempuan. Hal itu konon merupakan sebuah keharusan yang berasal dari perintah sang guru untuk memperoleh kesaktian.

Kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak dipercaya agar bisa mempertahankan kesaktiannya. Selain itu ada kepercayaan kuat di kalangan warok, hubungan intim dengan perempuan biarpun dengan istri sendiri, bisa melunturkan seluruh kesaktian warok. Saling mengasihi, menyayangi dan berusaha menyenangkan merupakan ciri khas hubungan khusus antara gemblak dan waroknya. Praktik gemblakan di kalangan warok, diidentifikasi sebagai praktik homoseksual karena warok tak boleh mengumbar hawa nafsu kepada perempuan.

Saat ini memang sudah terjadi pergeseran dalam hubungannya dengan gemblakan. Di masa sekarang gemblak sulit ditemui. Tradisi memelihara gemblak, kini semakin luntur. Gemblak yang dahulu biasa berperan sebagai penari jatilan (kuda lumping), kini perannya digantikan oleh remaja putri. Padahal dahulu kesenian ini ditampilkan tanpa seorang wanita pun.

Reog di masa sekarang

Seniman Reog Ponorogo lulusan sekolah-sekolah seni turut memberikan sentuhan pada perkembangan tari reog ponorogo. Mahasiswa sekolah seni memperkenalkan estetika seni panggung dan gerakan-gerakan koreografis, maka jadilah reog ponorogo dengan format festival seperti sekarang. Ada alur cerita, urut-urutan siapa yang tampil lebih dulu, yaitu Warok, kemudian jatilan, Bujangganong, Klana Sewandana, barulah Barongan atau Dadak Merak di bagian akhir. Saat salah satu unsur tersebut beraksi, unsur lain ikut bergerak atau menari meski tidak menonjol. Beberapa tahun yang lalu Yayasan Reog Ponorogo memprakarsai berdirinya Paguyuban Reog Nusantara yang anggotanya terdiri atas grup-grup reog dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ambil bagian dalam Festival Reog Nasional. Reog ponorogo menjadi sangat terbuka akan pengayaan dan perubahan ragam geraknya.

Sumber : © 2007 arie saksono

Read More-->>

Kisah Perokok Berat

>> Senin, November 16, 2009


Ada seorang perokok berat sedang naik angkot, saking pecandunya kemana mana pasti sambil menghisap rokok… ketika naik angkot pun dia masih menghisap rokok dengan nikmatnya…hingga ada seorang perempuan seksi yg sedang hamil 3 bulanan menegurnya…

Perempuan : ”Pak! Bapak ini punya sopan santun gak sih, ini kan tempat umum tolong matiin rokoknya.. menggangu si kecil di perut ku tau..!!”

Mendengar ocehan tersebut si bapak merasa tersinggung karena perempuan tersebut berkata di hadapan orang banyak…

si bapak gak mau mengalah dia berfikir sejenak… dan berkata…

Bapak: “Mbak! Mbak ini punya sopan santun gak sih? ini kan tempat umum. mbak berani ya pake rok mini, itu tuh serabi mbak hampir kelihatan.. menggangu "si kecil" di celana saya tau..!!

Read More-->>

Air Terjun Jumog

>> Kamis, November 12, 2009


Air Terjun dengan ketinggian 60 meter ini berada dalam satu wilayah desa dengan Candi Sukuh, diresmikan Bupati Karanganyar pada 7 Agustus 2004. Untuk menuju ke obyek wisata Air Terjun Jumog bisa dengan menggunakan jasa transportasi umum atau naik mobil sendiri. Dari arah manapun tidak akan kesulitan. Rute yang ditempuh sangat indah dan mengesankan, dari Solo ke arah timur melewati jalur ke Tawangmangu, sesampai Pasar Karangpandan sekitar 3 km lagi terdapat Gapura masuk Kawasan wisata Candi Sukuh.

Berbagai fasilitas ada disini. Selain gazebo, ada juga kolam renang, area permainan bumi perkemahan, panggung terbuka dan rumah makan. Wisatawan dapat menikmati keindahan dan eksotiknya air terjun yang membelah perbukitan, loket dibuka pukul 08.00 - 16.30 Wib.
Ingin merasakan ketentraman, kesejukkan dan ke elokkan derasnya air terjun, datanglah ke Jumog bersama keluarga.

Read More-->>

Kisah Malam Pertama

>> Senin, November 09, 2009


Ada sepasang pengantin baru berada di kamar pengantin, di malam pertama. Pada tengah malam pertama itu, tiba-tiba sang istri menjerit, “Aduuuhh.. Sakiiittt … ! Suaminya lantas menenangkan isterinya, “Jangan nangis Sayang.. Nanti Ibu Bapak dengar.. Mereka mungkin belum tidur tu..” (Kebetulan kamar mertua bersebelahan dengan kamar tidur pengantin).

Tapi kerana tidak dapat menahan rasa sakit itu, isterinya tambah kuat mengerang. Mau tidak mau, sang suami pun berkata, kali ini lebih keras sedikit suaranya: “Sabar Sayang! Tahan saja.. Besok baru cabut.”

Sejak dari tadi, ternyata sang mertua lelaki masih belum tidur. Dia memang dari tadi mendengar anak perempuannya mengerang kesakitan, pada awalnya sang mertua tidak peduli, maklumlah malam pengantin, fikirnya. Tapi kali ini dia sudah hilang kesabaran. Dia bangun dan langsung pergi ke kamar sebelah lalu menendang pintu kamar pengantin sekuat-kuatnya sampai pintu kamar terbuka.

Dengan rasa geram sang ayah mertua berteriak: “Apa-apaan ini? Anak ku bisa mati kalau besok baru kau cabut! CABUT SEKARANG JUGA!” …

Kedua pengantin pun sangat terkejut. Sambil tersipu-sipu sang menantu pun berkata kepada bapak mertuanya: “Pak, sakit gigi nggak akan bikin mati.. Lagipula mana ada Klinik Gigi yang buka 24 jam?

Read More-->>

Hotel Amanjiwo

>> Senin, November 02, 2009


Amanjiwo adalah sebuah hotel bintang lima berkelas internasional yang terletak di daerah Borobudur, tepatnya di Desa Majaksingi, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang – Jawa Tengah. Hotel ini adalah salah satu cabang dari Aman Resort yang telah memiliki cabang di banyak Negara. Yang saya tahu, ada beberapa hotel dibawah naungan Aman Resort seperti Amandari, Amannusa, Amankila, dll. Dan diantaranya terletak di pulau Bali.


Hotel Amanjiwo ini terletak di lereng Bukit Menorah di sebelah selatan Candi Borobudur kira-kira berjarak 3km dari candi. Disana anda akan disuguhkan pemandangan dan suasana pedesaan yang benar-benar masih asri. Anda bisa menikmati pemandangan disana dengan berjalan kaki, bersepeda, ataupun jika anda mau, anda juga bisa menyewa gajah, kuda, ataupun andong (delman) yang bisa diajak berkeliling. Anda juga bisa melihat Candi Borobudur dan Gunung Merapi dengan jelas dari sana. Seperti gambar dibawah ini.


Hotel ini sangat cocok bagi mereka yang sedang berbulan madu, tapi juga bisa buat para pelancong ataupun acara liburan keluarga, yang penting jika anda mau kesana, anda harus berkantong tebal alias punya banyak uang. Itu karena biaya disana sangat mahal bagi saya. Info terakhir yang saya tahu, biaya menginap disana satu malam saja bisa mencapai kurang lebih 3 juta, tentunya uang yang sangat banyak bagi saya.

Jika anda tertarik dan mau tahu berapa biaya menginap atau sekedar makan disana, silahkan saja kunjungi website resminya. Karena tujuan saya disini bukan untuk mengiklankan hotel tersebut, melainkan hanya ingin berbagi cerita tentang sebuah tempat yang menarik yang berada di kampung saya (tanah kelahiranku). Kampung saya sendiri terletak persis di sebelah hotel tersebut.


Bisa dibilang saya sangat bangga dan berterima kasih sekali dengan keberadaan hotel tersebut. Karena kehadiran hotel tersebut sangat berpengaruh sekali bagi peningkatan perekonomian para penduduk di sekitarnya dengan memberikan lapangan kerja. Sayangnya saya tidak seberuntung mereka yang bisa bekerja di hotel itu, karena waktu penerimaan dulu, saya masih duduk di bangku SMA. Tapi tidak apa-apa, mungkin memang bukan di situ rejeki saya.

Jika suatu saat nanti anda berkesempatan mengunjungi Hotel Amanjiwo, jangan lupa mampir di kampung sebelah barat hotel tersebut (kampong/dusun Pakem namanya) dan sampaikan salam saya buat penduduk disana. Maklum saat ini saya sedang merantau dan hanya setahun sekali bisa pulang kampung.

Selamat berwisata

Read More-->>
Blog Widget by LinkWithin

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP