Bingung dengan Ajaran Guru

>> Sabtu, Desember 19, 2009


Seorang ibu bertanya pada anaknya yang tidak mau lagi pergi ke sekolah:

Ibu : "Nak, mengapa kamu tidak mau lagi pergi ke sekolah?"

Anak : "Habis saya bingung, bu guru cara mengajarkan berhitung ganti-ganti terus."

Ibu : "Ganti-ganti bagaimana?"

Anak : "Ya, tiga hari yang lalu ibu guru bilang enam adalah tiga ditambah tiga, terus dua hari yang lalu, enam adalah empat ditambah dua, eh kemarin katanya enam adalah lima ditambah satu, bingung kan saya."

Ibu : "?????!!!"

Read More-->>

Candi Ngawen

>> Selasa, Desember 15, 2009


Candi Ngawen adalah salah satu dari sekian banyak candi yang bertebaran di Magelang. Namanya memang kalah kondang dengan Candi Borobudur maupun Candi Mendut. Candi ini sampai sekarang juga belum selesai dipugar. Para ahli arkoelogi masih mencari-cari bentuk awalnya, disamping masih mengais-ngais reruntuhan candi ini.

Candi Ngawen terletak di desa Ngawen Kecamatan Muntilan. Persisnya berada 2 km sebelah selatan Kompleks Makam Kyai Raden Santri, Gunung Pring, dan sekitar 5 km sebelah timur Candi Mendut. Menurut perkiraan, candi ini dibangun semasa dengan Candi Borobudur yakni pada masa Wangsa Syailendra. Berbeda dengan candi-candi Budha lainnya, Candi Ngawen terdiri dari 5 (lima) buah candi kecil-kecil. Namun dari kelimanya baru satu candi yang utuh kembali, itupun tanpa atap.



Candi yang menghadap ke timur ini berada ditepian Kali Blongkeng Muntilan, sebuah sungai yang dipercaya banyak mengandung belerang. Seperti pada candi Mendut, masing-masing candi disini dihiasi ornamen singa pada keempat sudutnya sebagai aliran pembuangan air. Relief yang masih tampak jelas adalah kinnara yakni makhluk surgawi yang berbentuk setengah manusia setengah burung.

Candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1864 oleh seorang Belanda bernama Hoepermans. Proses restorasinya selesai pada tahun 1927. Sekarang kompleks candi ini ditata apik dengan taman lengkap dengan kolam sehingga menambah keasrian candi Ngawen. Apalagi posisi candi yang berada ditengah-tengah areal persawahan menjadikan lokasi ini menyenangkan untuk rehat dari kebisingan kota. Untuk pacaran juga mengasyikkan… hehehe…

Sumber : ciwir.jogloabang

Read More-->>

Taruhan Menggigit Mata

>> Jumat, Desember 11, 2009

Jono adalah seorang serdadu yang sudah kenyang ditugaskan di daerah konflik. Oleh tetangganya, Jono dijuluki pahlawan perang. Tapi Jono harus membayar mahal karena banyak anggota tubuhnya yang sudah palsu akibat luka-luka semasa bertugas di medan tempur. Kaki Jono palsu, tangannya palsu, dan berbagai anggota tubuh lainnya juga palsu. Tapi ada satu kebiasaan Jono yang tak hilang. Yaitu kegemarannya main taruhan. Suatu hari, Jono bertaruh dengan tetangganya, si Budi.

Jono: "Budi, ayo kita bertaruh."

Budi: "Taruhan apa, Pak Jono?"

Jono: "Saya akan menggigit telinga saya sendiri."

Budi: "Ah, mana mungkin ada orang bisa menggigit telinga sendiri. Melihat tanpa cermin pun tidak bisa. Apalagi menggigit."

Jono: "Makanya, taruhan Rp 500 ribu, yuk!"

Budi: "Oke, siapa takut."

Setelah disepakati, Jono pun melepas telinga palsunya dan menggigitnya. Budi jelas kesal karena kalah taruhan. Keesokan harinya, Jono menantang Budi taruhan lagi.

Jono: "Mau taruhan lagi, Bud?"

Budi: "Oke, tapi saya yang pilih jenis taruhannya."

Jono: "Oke, no problem."

Budi: "Kalau Pak Jono bisa menggigit mata sendiri, saya bayar 1 juta."

Budi berani bertaruh seperti itu karena Jono bisa melihat dengan jelas dan tidak buta. Maka tidak mungkin ia melepas bola matanya. Karena bola mata itu asli. Tapi dasar Jono si Pahlawan Perang, dia pun tetap nekat.

Jono: "Oke, saya setuju!"

Jono pun segera melepas gigi palsunya, dan menggigitkan gigi itu ke matanya sendiri.

Read More-->>

Taman Kyai Langgeng

>> Selasa, Desember 08, 2009


Patung 2 burung di dekat pintu masuk Taman Kyai Langgeng

Kyai Langgeng adalah sebuah nama yang diambil dari nama salah seorang pejuang dibawah pimpinan Pangeran Diponegoro, satu diantara pahlawan-pahlawan Indonesia yang berjuang dengan gagah berani merebut kemerdekaan melawan penjajah Belanda selama perang Diponegoro (1825 - 1830). Dasar dijadikannya sebuah Taman dengan menggunakan nama Kyai Langgeng karena almarhumah, dimakamkan di kawasan ini. Makam tersebut masih ada dan terawat hingga sekarang ini. Taman Kyai Langgeng terletak di jalan Cempaka, hanya 1 Km dari pusat kota Magelang.

Berwisata ke taman ini merupakan suatu keasyikan tersendiri. Selain taman yang ditata secara rapi, ternyata banyak sekali tawaran kenikmatan dengan keunikan-keunikan yang dimiliki dan fasilitas-fasilitas lain tersedia di dalamnya. Suatu pesona panorama alam menakjubkan yang dapat mengisi "kekosongan jiwa" para pengunjungnya secara sempurna.

Ketika kehidupan kota yang sarat dengan segala problematika kesemrawutannya membuat kebosanan dan kejenuhan, orang membutuhkan suasana baru yang dapat memberi kenyamanan dan ketentraman. Kita tahu bahwa saat sekarang kehidupan di perkotaan terbebani dengan aneka pencemaran (polusi) sebagai dampak pembangunan yang terus berkembang. Kemajuan teknologi di satu sisi memang mengangkat derajat ekonomi masyarakat, namun disisi lain teknologi memunculkan zat-zat beracun berbahaya yang selalu mengancam keselamatan manusia. Limbah-limbah industri yang dibuang melalui cerobong pabrik mengeluarkan gas-gas seperti belerang/sulfur (S) dan timah hitam (Pb). Kendaraan bermotor membuang gas karbondioksida (CO2) dan methan (CH4), sisa-sisa obat-obatan pemberantas hama tanaman seperti DDT, dan sebagainya. Semua gas pencemar ini berakibat terganggunya kesehatan. Saat ini persoalan lingkungan yang sangat dikhawatirkan oleh semua bangsa/negara di dunia adalah semakin memanasnya suhu bumi (pemanasan global) akibat emisi gas karbondioksida (CO2) yang tidak terkendali. Belum lagi orang harus memikirkan berbagai persoalan sosial dan ekonomi yang dihadapinya.Untuk mengurangi beban, ketegangan bahkan stress sekalipun yang dibiaskan kehidupan kota dengan akibat modernisasinya seperti itu, keberadaan sebuah taman dapat memberikan jawabannya. Namun beberapa faktor penunjang yang menjadikan daya tarik harus disediakan, wisatawan biasanya ingin melihat sesuatu yang berbeda, sesuatu yang baru, sesuatu yang spektakuler, mereka ingin berwisata dengan nyaman dengan sedikit usaha dan mereka ingin menggabungkan petualangan mereka dengan kegiatan waktu senggang seperti berenang, berolah raga perahu/becak air, menyaksikan hiburan musik khas, dan sebagainya.

Potensi wisata yang dimiliki Taman Kyai Langgeng dapat diandalkan. Taman ini mengoleksi berbagai aneka flora dan fauna tropis yang langka. Ada cempaka ganda (Mycelia Campaca), dewa daru (Eugenia Sp), apel bludru (Diospiros rabbola), Nagasari (Mesua Ferrea), Matoa (Pometia Pinata ireigfost), ruser (Arthocarpus Sp), lobi-lobi (Flacouritia inermis Roxb), Keben (Baringtonia Asiatica) Kemiri (Aleurites Moluceana), Kenari (Canarium Commune) dan masih banyak lagi. Suasana alami sungguh terasa di taman ini, seolah pengunjung terbawa "kembali ke alam" (back to nature). Di dalam taman nan hijau ini terdapat satwa-satwa antara lain ular piton yang berasal dari kedung ombo, burung mambrukm elang (falconidae) bajing, monyet, rusa, ayam hutan dan beberapa satwa lain. Ada yang lebih unik dan aneh yakni dua ikan lele yang sudah cukup tua usianya. Ikan lele jantan berusia sekitar 24 tahun lebih dan lele betina berusia kira-kira 54 tahun

Fasilitas-fasiltias penunjang yang dimiliki Taman Kyai Langgeng adalah sebuah kolam renang yang dipisah menjadi dua dengan pembatas terapung. Masing-masing untuk anak-anak dengan kedalaman 1 meter dan untuk orang dewasa sedalam 2 meter. Kolam renang ini dilengkapi dengan menara peluncur bergelombang dan tentunya tempat bilas serta ganti. Di samping itu, pesona lain yang tesedia adalah koleksi patung-patung dinosaurus, gelanggang pemancingan, taman lalu-lintas, rumah aquarium, rumah kaca, panggung terbuka, arena untuk bermain go-cart, sungai untuk nerkano dan arung jeram, berbagai fasilitas permainan anak, halilintar, kereta mini, kuda tunggang, toko-toko cinderamata, pasar buah-buahan tropis, lapangan tennis di dalam ruangan dan hotel. Taman Kyai Langgeng dengan fasilitas-fasilitas yang telah dimiliki tersebut, memberikan kenyamanan, udaranya yang sejuk dengan matahari yang selalu bersinar, pandangan alam yang indah dan memukau. Ini semua menjadikan taman tersebut sebuah surga, paduan antara anugerah alam dan buatan manusia. Apabila, pengunjung tertarik dalam hal sejarah, alam, olah raga atau sekedar bersantai, Taman Kyai Langgeng bisa dijadikan salah satu alternatifnya.

Ini ada beberapa foto saat aku bersama keluarga berkunjung ke Taman Kyai Langgeng











Read More-->>

Ban MOBIL

>> Rabu, Desember 02, 2009


Kaka : Aku punya pertanyaan nih… jawab yah…. Apa sebabnya ban mobil bagian belakang lebih cepat gundul dari pada ban bagian depan..??

Ade : Yah kamu… gitu aja kok di tanyain… Ban belakang pasti lebih cepat gundul soalnya lebih sering di rem dari pada ban depan…

Kaka : Emang benar… tapi itukan jawaban yang ga lucu…

Ade : Kalau gitu apa jawabannya..??

Kaka : Karena ban belakang strezz mau ngejar ban depan ga bisa-bisa…

Ade & kaka : Wakakakakak…..!@#$%^&*……

Read More-->>

Legenda REOG PONOROGO dan WAROK

>> Kamis, November 26, 2009


Salah satu ciri khas seni budaya Kabupaten Ponorogo Jawa Timur adalah kesenian Reog Ponorogo. Reog, sering diidentikkan dengan dunia hitam, preman atau jagoan serta tak lepas pula dari dunia mistis dan kekuatan supranatural. Reog mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat sekitar 50 kilogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan berlangsung. Instrumen pengiringnya, kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan terutama salompret, menyuarakan nada slendro dan pelog yang memunculkan atmosfir mistis, unik, eksotis serta membangkitkan semangat. Satu group Reog biasanya terdiri dari seorang Warok Tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah kelompok reog berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran utama berada pada tangan warok dan pembarongnya.


Seorang pembarong, harus memiliki kekuatan ekstra. Dia harus mempunyai kekuatan rahang yang baik, untuk menahan dengan gigitannya beban “Dadak Merak” yakni sebentuk kepala harimau dihiasi ratusan helai bulu-bulu burung merak setinggi dua meter yang beratnya bisa mencapai 50-an kilogram selama masa pertunjukan. Konon kekuatan gaib sering dipakai pembarong untuk menambah kekuatan ekstra ini, salah satunya dengan cara memakai susuk, di leher pembarong. Untuk menjadi pembarong tidak cukup hanya dengan tubuh yang kuat. Seorang pembarong pun harus dilengkapi dengan sesuatu yang disebut kalangan pembarong dengan wahyu yang diyakini para pembarong sebagai sesuatu yang amat penting dalam hidup mereka. Tanpa diberkati wahyu, tarian yang ditampilkan seorang pembarong tidak akan tampak luwes dan enak untuk ditonton. Namun demikian persepsi misitis pembarong kini digeser dan lebih banyak dilakukan dengan pendekatan rasional. Menurut seorang sesepuh Reog, Mbah Wo Kucing “Reog itu nggak perlu ndadi. Kalau ndadi itu ya namanya bukan reog, itu jathilan. Dalam reog, yang perlu kan keindahannya“.

Legenda Cerita Reog

Reog dimanfaatkan sebagai sarana mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi yang efektif bagi penguasa pada waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat cerita legendaris mengenai Kerajaan Bantaranangin yang oleh sebagian besar masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah. Adipati Batorokatong yang beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk menyebarkan agama Islam. Nama Singa Barongan kemudian diubah menjadi Reog, yang berasal dari kata Riyoqun, yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun sepanjang hidupnya bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada Allah, maka surga jaminannya. Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah yang diteruskan mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.

Menurut legenda Reog atau Barongan bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Selain itu agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. Di masa kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya.

Reog mengacu pada beberapa babad, Salah satunya adalah babad Kelana Sewandana. Babad Klana Sewandana yang konon merupakan pakem asli seni pertunjukan reog. Mirip kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jongrang, Babad Klono Sewondono juga berkisah tentang cinta seorang raja, Sewondono dari Kerajaan Jenggala, yang hampir ditolak oleh Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta Sewondono untuk memboyong seluruh isi hutan ke istana sebagai mas kawin. Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandono harus mengalahkan penunggu hutan, Singa Barong (dadak merak). Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. Para warok, prajurit, dan patih dari Jenggala pun menjadi korban. Bersenjatakan cemeti pusaka Samandiman, Sewondono turun sendiri ke gelanggang dan mengalahkan Singobarong. Pertunjukan reog digambarkan dengan tarian para prajurit yang tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita, gerak bringasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum Sewandana, sang raja pencari cinta.

Versi lain dalam Reog Ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Dari situ terciptalah Reog Ponorogo. Huruf-huruf reyog mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: Rasa kidung/ Ingwang sukma adiluhung/ Yang Widhi/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung kersaning Kang Maha Kuasa. Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual yang memberikan nafas pada kesenian Reog Ponorogo.

Warok

Warok sampai sekarang masih mendapat tempat sebagai sesepuh di masyarakatnya. Kedekatannya dengan dunia spiritual sering membuat seorang warok dimintai nasehatnya atas sebagai pegangan spiritual ataupun ketentraman hidup. Seorang warok konon harus menguasai apa yang disebut Reh Kamusankan Sejati, jalan kemanusiaan yang sejati.



Warok adalah pasukan yang bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara kebaikan dan kejahatan dalam cerita kesenian reog. Warok Tua adalah tokoh pengayom, sedangkan Warok Muda adalah warok yang masih dalam taraf menuntut ilmu. Hingga saat ini, Warok dipersepsikan sebagai tokoh yang pemerannya harus memiliki kekuatan gaib tertentu. Bahkan tidak sedikit cerita buruk seputar kehidupan warok. Warok adalah sosok dengan stereotip: memakai kolor, berpakaian hitam-hitam, memiliki kesaktian dan gemblakan.Menurut sesepuh warok, Kasni Gunopati atau yang dikenal Mbah Wo Kucing, warok bukanlah seorang yang takabur karena kekuatan yang dimilikinya. Warok adalah orang yang mempunyai tekad suci, siap memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. “Warok itu berasal dari kata wewarah. Warok adalah wong kang sugih wewarah. Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik”.“Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa” (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).

Syarat menjadi Warok

Warok harus menjalankan laku. “Syaratnya, tubuh harus bersih karena akan diisi. Warok harus bisa mengekang segala hawa nafsu, menahan lapar dan haus, juga tidak bersentuhan dengan perempuan. Persyaratan lainnya, seorang calon warok harus menyediakan seekor ayam jago, kain mori 2,5 meter, tikar pandan, dan selamatan bersama. Setelah itu, calon warok akan ditempa dengan berbagai ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan. Setelah dinyatakan menguasai ilmu tersebut, ia lalu dikukuhkan menjadi seorang warok sejati. Ia memperoleh senjata yang disebut kolor wasiat, serupa tali panjang berwarna putih, senjata andalan para warok. Warok sejati pada masa sekarang hanya menjadi legenda yang tersisa. Beberapa kelompok warok di daerah-daerah tertentu masih ada yang memegang teguh budaya mereka dan masih dipandang sebagai seseorang yang dituakan dan disegani, bahkan kadang para pejabat pemerintah selalu meminta restunya.

Gemblakan

Selain segala persyaratan yang harus dijalani oleh para warok tersebut, selanjutnya muncul disebut dengan Gemblakan. Dahulu warok dikenal mempunyai banyak gemblak, yaitu lelaki belasan tahun usia 12-15 tahun berparas tampan dan terawat yang dipelihara sebagai kelangenan, yang kadang lebih disayangi ketimbang istri dan anaknya. Memelihara gemblak adalah tradisi yang telah berakar kuat pada komunitas seniman reog. Bagi seorang warok hal tersebut adalah hal yang wajar dan diterima masyarakat. Konon sesama warok pernah beradu kesaktian untuk memperebutkan seorang gemblak idaman dan selain itu kadang terjadi pinjam meminjam gemblak. Biaya yang dikeluarkan warok untuk seorang gemblak tidak murah. Bila gemblak bersekolah maka warok yang memeliharanya harus membiayai keperluan sekolahnya di samping memberinya makan dan tempat tinggal. Sedangkan jika gemblak tidak bersekolah maka setiap tahun warok memberikannya seekor sapi. Dalam tradisi yang dibawa oleh Ki Ageng Suryongalam, kesaktian bisa diperoleh bila seorang warok rela tidak berhubungan seksual dengan perempuan. Hal itu konon merupakan sebuah keharusan yang berasal dari perintah sang guru untuk memperoleh kesaktian.

Kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak dipercaya agar bisa mempertahankan kesaktiannya. Selain itu ada kepercayaan kuat di kalangan warok, hubungan intim dengan perempuan biarpun dengan istri sendiri, bisa melunturkan seluruh kesaktian warok. Saling mengasihi, menyayangi dan berusaha menyenangkan merupakan ciri khas hubungan khusus antara gemblak dan waroknya. Praktik gemblakan di kalangan warok, diidentifikasi sebagai praktik homoseksual karena warok tak boleh mengumbar hawa nafsu kepada perempuan.

Saat ini memang sudah terjadi pergeseran dalam hubungannya dengan gemblakan. Di masa sekarang gemblak sulit ditemui. Tradisi memelihara gemblak, kini semakin luntur. Gemblak yang dahulu biasa berperan sebagai penari jatilan (kuda lumping), kini perannya digantikan oleh remaja putri. Padahal dahulu kesenian ini ditampilkan tanpa seorang wanita pun.

Reog di masa sekarang

Seniman Reog Ponorogo lulusan sekolah-sekolah seni turut memberikan sentuhan pada perkembangan tari reog ponorogo. Mahasiswa sekolah seni memperkenalkan estetika seni panggung dan gerakan-gerakan koreografis, maka jadilah reog ponorogo dengan format festival seperti sekarang. Ada alur cerita, urut-urutan siapa yang tampil lebih dulu, yaitu Warok, kemudian jatilan, Bujangganong, Klana Sewandana, barulah Barongan atau Dadak Merak di bagian akhir. Saat salah satu unsur tersebut beraksi, unsur lain ikut bergerak atau menari meski tidak menonjol. Beberapa tahun yang lalu Yayasan Reog Ponorogo memprakarsai berdirinya Paguyuban Reog Nusantara yang anggotanya terdiri atas grup-grup reog dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ambil bagian dalam Festival Reog Nasional. Reog ponorogo menjadi sangat terbuka akan pengayaan dan perubahan ragam geraknya.

Sumber : © 2007 arie saksono

Read More-->>

Kisah Perokok Berat

>> Senin, November 16, 2009


Ada seorang perokok berat sedang naik angkot, saking pecandunya kemana mana pasti sambil menghisap rokok… ketika naik angkot pun dia masih menghisap rokok dengan nikmatnya…hingga ada seorang perempuan seksi yg sedang hamil 3 bulanan menegurnya…

Perempuan : ”Pak! Bapak ini punya sopan santun gak sih, ini kan tempat umum tolong matiin rokoknya.. menggangu si kecil di perut ku tau..!!”

Mendengar ocehan tersebut si bapak merasa tersinggung karena perempuan tersebut berkata di hadapan orang banyak…

si bapak gak mau mengalah dia berfikir sejenak… dan berkata…

Bapak: “Mbak! Mbak ini punya sopan santun gak sih? ini kan tempat umum. mbak berani ya pake rok mini, itu tuh serabi mbak hampir kelihatan.. menggangu "si kecil" di celana saya tau..!!

Read More-->>

Air Terjun Jumog

>> Kamis, November 12, 2009


Air Terjun dengan ketinggian 60 meter ini berada dalam satu wilayah desa dengan Candi Sukuh, diresmikan Bupati Karanganyar pada 7 Agustus 2004. Untuk menuju ke obyek wisata Air Terjun Jumog bisa dengan menggunakan jasa transportasi umum atau naik mobil sendiri. Dari arah manapun tidak akan kesulitan. Rute yang ditempuh sangat indah dan mengesankan, dari Solo ke arah timur melewati jalur ke Tawangmangu, sesampai Pasar Karangpandan sekitar 3 km lagi terdapat Gapura masuk Kawasan wisata Candi Sukuh.

Berbagai fasilitas ada disini. Selain gazebo, ada juga kolam renang, area permainan bumi perkemahan, panggung terbuka dan rumah makan. Wisatawan dapat menikmati keindahan dan eksotiknya air terjun yang membelah perbukitan, loket dibuka pukul 08.00 - 16.30 Wib.
Ingin merasakan ketentraman, kesejukkan dan ke elokkan derasnya air terjun, datanglah ke Jumog bersama keluarga.

Read More-->>

Kisah Malam Pertama

>> Senin, November 09, 2009


Ada sepasang pengantin baru berada di kamar pengantin, di malam pertama. Pada tengah malam pertama itu, tiba-tiba sang istri menjerit, “Aduuuhh.. Sakiiittt … ! Suaminya lantas menenangkan isterinya, “Jangan nangis Sayang.. Nanti Ibu Bapak dengar.. Mereka mungkin belum tidur tu..” (Kebetulan kamar mertua bersebelahan dengan kamar tidur pengantin).

Tapi kerana tidak dapat menahan rasa sakit itu, isterinya tambah kuat mengerang. Mau tidak mau, sang suami pun berkata, kali ini lebih keras sedikit suaranya: “Sabar Sayang! Tahan saja.. Besok baru cabut.”

Sejak dari tadi, ternyata sang mertua lelaki masih belum tidur. Dia memang dari tadi mendengar anak perempuannya mengerang kesakitan, pada awalnya sang mertua tidak peduli, maklumlah malam pengantin, fikirnya. Tapi kali ini dia sudah hilang kesabaran. Dia bangun dan langsung pergi ke kamar sebelah lalu menendang pintu kamar pengantin sekuat-kuatnya sampai pintu kamar terbuka.

Dengan rasa geram sang ayah mertua berteriak: “Apa-apaan ini? Anak ku bisa mati kalau besok baru kau cabut! CABUT SEKARANG JUGA!” …

Kedua pengantin pun sangat terkejut. Sambil tersipu-sipu sang menantu pun berkata kepada bapak mertuanya: “Pak, sakit gigi nggak akan bikin mati.. Lagipula mana ada Klinik Gigi yang buka 24 jam?

Read More-->>

Hotel Amanjiwo

>> Senin, November 02, 2009


Amanjiwo adalah sebuah hotel bintang lima berkelas internasional yang terletak di daerah Borobudur, tepatnya di Desa Majaksingi, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang – Jawa Tengah. Hotel ini adalah salah satu cabang dari Aman Resort yang telah memiliki cabang di banyak Negara. Yang saya tahu, ada beberapa hotel dibawah naungan Aman Resort seperti Amandari, Amannusa, Amankila, dll. Dan diantaranya terletak di pulau Bali.


Hotel Amanjiwo ini terletak di lereng Bukit Menorah di sebelah selatan Candi Borobudur kira-kira berjarak 3km dari candi. Disana anda akan disuguhkan pemandangan dan suasana pedesaan yang benar-benar masih asri. Anda bisa menikmati pemandangan disana dengan berjalan kaki, bersepeda, ataupun jika anda mau, anda juga bisa menyewa gajah, kuda, ataupun andong (delman) yang bisa diajak berkeliling. Anda juga bisa melihat Candi Borobudur dan Gunung Merapi dengan jelas dari sana. Seperti gambar dibawah ini.


Hotel ini sangat cocok bagi mereka yang sedang berbulan madu, tapi juga bisa buat para pelancong ataupun acara liburan keluarga, yang penting jika anda mau kesana, anda harus berkantong tebal alias punya banyak uang. Itu karena biaya disana sangat mahal bagi saya. Info terakhir yang saya tahu, biaya menginap disana satu malam saja bisa mencapai kurang lebih 3 juta, tentunya uang yang sangat banyak bagi saya.

Jika anda tertarik dan mau tahu berapa biaya menginap atau sekedar makan disana, silahkan saja kunjungi website resminya. Karena tujuan saya disini bukan untuk mengiklankan hotel tersebut, melainkan hanya ingin berbagi cerita tentang sebuah tempat yang menarik yang berada di kampung saya (tanah kelahiranku). Kampung saya sendiri terletak persis di sebelah hotel tersebut.


Bisa dibilang saya sangat bangga dan berterima kasih sekali dengan keberadaan hotel tersebut. Karena kehadiran hotel tersebut sangat berpengaruh sekali bagi peningkatan perekonomian para penduduk di sekitarnya dengan memberikan lapangan kerja. Sayangnya saya tidak seberuntung mereka yang bisa bekerja di hotel itu, karena waktu penerimaan dulu, saya masih duduk di bangku SMA. Tapi tidak apa-apa, mungkin memang bukan di situ rejeki saya.

Jika suatu saat nanti anda berkesempatan mengunjungi Hotel Amanjiwo, jangan lupa mampir di kampung sebelah barat hotel tersebut (kampong/dusun Pakem namanya) dan sampaikan salam saya buat penduduk disana. Maklum saat ini saya sedang merantau dan hanya setahun sekali bisa pulang kampung.

Selamat berwisata

Read More-->>

Suroloyo... Puncak kahyangan para dewa

>> Rabu, Oktober 28, 2009


Sunrise di Suroloyo

“Suroloyo” Puncak kahyangan para dewa... berada di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah. Tepatnya berada di dusun Keceme, desa Gerbosari, kecamatan Samigaluh, 45 km dari Yogyakarta-Wates. Puncak tertinggi Suroloyo berada pada ketinggian 1017 di atas permukaan laut. Fasilitas berupa jalan setapak menuju ke puncak sebanyak 285 trap. Wisatawan dapat merasakan sejuknya udara pegunungan di atas hamparan kebun teh yang menghijau dan pesona matahari terbit atau sunrise di pagi hari.


Puncak Suroloyo menjulang tinggi

Dari atas puncak Suroloyo terlihat megahnya candi Borobudur yang berjarak 10 km dan fantastiknya gunung Sindoro, Sumbing, Merapi, Merbabu, serta gunung Ungaran. Setiap tanggal 1 Suro di puncak Suroloyo, tepatnya di Sendang Kawidodaren diadakan Upacara Jamasan Pusaka pemberian dari keraton Yogyakarta berupa tombak Kyai Manggolo Murti dan Songsong Kyai Manggolo Dewo. Dari rumah sesepuh desa Keceme, upacara dimulai dengan kirab pusaka yang diikuti tetabuhan dan kesenian tradisional menuju Sendang Kawidodaren.

Dari Puncak Suroloyo kita disuguhi pemandangan yang menakjubkan, panorama candi Borobudur dapat kita nikmati dari Suroloyo seolah-olah kita berada di atas pesawat terbang yang terbang pada ketinggian rendah. Dari Puncak Suroloyo ini pula kita bisa menikmati pemandangan Gunung Merbabu, Merapi, Sindoro dan Sumbing yang bersanding dengan eloknya. Pemandangan pegunungan menoreh yang berada di sekeliling Suroloyo menjadi nilai tambah keindahannya. Keindahan panorama ini telah didukung dibangunnya tiga buah pendopo yang memberikan kenyamanan tersendiri. Dari sini pula kita bisa menikmati indahnya Sunrise dan Sunset yang sangat menawan, jika cuaca sedang cerah. Ada beberapa fasilitas menarik kawasan Puncak Suroloyo yang membuat kita bisa betah meluangkan waktu berwisata.


Gardu Sariloyo, Sisi lain Suroloyo

Mitos Puncak Suroloyo

Selain itu Suroloyo tidak terlepas dari cerita bahwa tempat inilah yang digunakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo untuk bertapa, yang menghasilkan wangsit bahwa dia akan memerintah tanah jawa. Puncak ini diyakini sebagai kiblat pancering bumi (pusat dari empat penjuru) di tanah Jawa. Masyarakat setempat percaya bahwa puncak ini adalah pertemuan dua garis yang ditarik dari utara ke selatan dan dari arah barat ke timur Pulau Jawa. Pada Malam Satu Suro ( 1 Muharam) kawasan ini sangat ramai dikunjungi oleh pengunjung.

Pada Masa Hindu Kuno masyarakat mempercayai bahwa Kayangan atau tempat bersemayam para dewa berada di Gunung Himalaya, puncak gunung tertinggi di dunia. Cukup sulit pada saat itu membayangkan seperti apa Puncak Himalaya sebagai tempat para dewa. Karena itulah para pendeta Hindu menjadikan Puncak Suroloyo sebagai peraga Kayangan. Pada waktu itu Puncak Suroloyo dikenal sebagi tempat tertinggi di kerajaan Mataram.

Selain Puncak Suroloyo sendiri sebagai Kayangan ada tempat-tempat lain di kawasan Suroloyo yang tidak lepas dari mitos pula. Sebutlah misalnya Pertapaan Mintorogo, dalam cerita pewayangan pertapaan Mintaraga merupakan tempat bertapa Janaka yang memperoleh senjata berupa panah yang dipergunakan pada Perang Bharatayuda mengalahkan Raja Newatakawaca. Nama Mintorogo diambil dari Kyai Ajar Mintorogo, dari segi harfiah Mintorogo sendiri berarti kehidupan yang sederhana dan bersahaja.

Ada pula kawasan Suroloyo yang disebut dengan Sendang Kadiwatan dan Sendang Kawidodaren merupakan tempat mandi Para dewa dan Bidadari.Ada lagi Enceh Suci yang merupakann padasan yang konon merupakan bekas masjid.

Rute Ke Arah Puncak Suroloyo

Untuk sampai ke Puncak Suroloyo pengunjung harus membawa kendaraan sendiri karena tidak ada angkutan umum sampai disana. Perjalanan bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda dua dan empat. Atau jika anda penggemar Mountain Bike, medan Suroloyo menantang untuk dicoba. Yang perlu diperhatikan adalah kondisi kendaraan yang Fit dan Driver yang handal. Karena jalan menuju kesana penuh dengan tikungan tajam dan menanjak. Selain itu ruas jalan cukup sempit untuk dilalui lebih dari satu kendaraan. Di kiri dan kanan jurang yang dalam, walau tertutup pohon namun cukup membahayakan. Dari Yogyakarta bisa menempuh Rute Jl.Godean — Kenteng — Nanggulan — Kalibawang – Suroloyo . Jika anda datang dari arah Semarang/Magelang bisa melalui Rute Magelang — Muntilan — Jl Wates — Kalibawang — Suroloyo. Ada lagi rute alternatif yang bisa ditempuh melalui Borobudur. Akan tetapi hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki. dari Borobudur ke arah selatan searah dengan Hotel Amanjiwo. Sampai terminal kita harus meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki, karena tidak ada jalan menuju Puncak Suroloyo selain jalan setapak. Informasi dari penduduk setempat meyakinkan saya bahwa mencapai puncak Suroloyo dari rute Borobudur hanya bisa dengan bejalan kaki. Namun jika anda tertarik bisa ditempuh rute ini karena pemandangan yang begitu indah akan kita dapatkan.

Kuliner Di Suroloyo memang sangat terbatas, di lokasi hanya ada beberapa warung kecil yang menyediakan Kopi, Teh dan makanan ala kadarnya. Jika anda mau,mungkin bisa menyempatkan diri makan di Warung Sate Mbah Margo, yang berlokasi di Nanggulan walaupun jaraknya cukup jauh. Sate ini konon menjadi langganan Bupati Kulonprogo bila menjamu tamu-tamunya.

Selamat Berwisata di Yogyakarta

Read More-->>

Made In Indonesia

>> Senin, Oktober 19, 2009

Suatu hari ada orang Jepang naik taksi, ia meminta supir taksi untuk membawanya berkeliling Kota Bandung.

Ketika ada mobil Honda lewat ia berkata, “hmmm Honda made in Japan very fast”.Sang supir taksi hanya tersenyum.

Lalu kembali lewat mobil Nissan, Orang Jepang itupun kembali berkata, “hmmm Nissan made in Japan very fast”.Sang supir taksi semakin dongkol tetapi ia tetap memaksakan untuk tersenyum.

Akhirnya orang jepang itu pun minta turun di depan Hotel tempat ia menginap, Orang Jepang itu berkata, “Pak… berapa bayarannya?”
Supir taksi menjawab: “Satu juta Pak”!
“Wah mahal sekali”, kata orang Jepang.
Sopir taksi dengan bangganya menjawab, “Argo made in Indonesia very fast”

Read More-->>

BaturRaden

>> Senin, Oktober 12, 2009


Batu Raden terletak di sebelah selatan kaki Gunung Slamet pada ketinggian sekitar 640 meter di atas permukaan laut. Lokasi obyek wisata ini berada di sebelah utara dan berjarak sekitar 14 km dari Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Untuk menuju lokasi, pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Dari Kota Purwokerto perjalanan bisa ditempuh dalam waktu 15 menit. Pengunjung bisa menggunakan angkutan umum dari terminal Kebondalem Purwokerto menuju lokasi wisata Batu Raden.

Batu Raden merupakan salah satu obyek wisata andalan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sejak tahun 1928, Batu Raden dikenal sebagai obyek wisata pegunungan. Pengunjung bisa menikmati keindahan pemandangan alam dan udara pegunungan yang sejuk dengan suhu antara 18°C-25°C. Dalam kondisi cuaca yang bagus dan cerah, pemandangan Kota Purwokerto, Nusakambangan, dan pantai Cilacap dapat terlihat dengan jelas dari puncak Baturaden.

Nama Batu Raden berasal dari dua kata (bahasa Jawa), yaitu Batur (bukit, tanah, teman, pembantu) dan Raden (bangsawan). Bila digabung, kata “Batu Raden” dapat bermakna: tanah yang datar atau tanah yang indah. Ada dua versi sejarah Batu Raden, yaitu versi Syekh Maulana Maghribi dan versi Kadipaten Kutaliman. Menurut versi yang pertama, Syekh Maulana Maghribi, Pangeran Rum yang berasal dari Turki dan beragama Islam, pernah merasa penasaran dengan cahaya terang misterius yang menjulang ke angkasa dan bersinar di bagian timur. Sang Pangeran kemudian mencari asal cahaya tersebut. Singkat cerita, setelah melakukan pendakian hingga ke puncak sebuah gunung, Sang Pangeran melihat ada seorang pertapa Buddha yang bersandar pada sebuah pohon jambu yang memancarkan sinar cahaya ke atas. Lokasi ini kemudian dikenal dengan sebutan Batu Raden. Sedangkan menurut versi kedua, cerita Batu Raden terkait dengan kisah cinta antara anak perempuan Adipati Kutaliman dengan pembantunya yang menjaga kuda.

Luas tanah keseluruhan kawasan obyek wisata Batu Raden adalah 16,5 Ha, dengan luas lahan investasi 4 Ha. Status tanah adalah HPL (hak pengelolaan) Pemerintah Daerah (Pemda).

Keistimewaan Batu Raden terletak pada aneka ragam jenis obyek wisata yang ditawarkan. Di samping wisata utama Batu Raden, di kawasan ini juga terdapat banyak lokasi wisata lain yang juga menarik untuk dikunjungi, di antaranya adalah:

1. Taman Botani. Taman ini menyediakan aneka ragam tanaman hias, tanaman bongsai, dan tanaman langka, seperti Tanaman Havana, Daun Dewa, Brimulia, Keladi Tikus, Antarium Lipstik, Palem Paris, Lidah Gajah, dan Widoro Laut. Harga tanaman-tanaman ini terbilang cukup murah dan dapat dijangkau oleh pengunjung yang ingin menjadikannya sebagai cinderamata.



2. Curug Gede. Obyek wisata ini terletak di Desa Wisata Ketenger, jaraknya kurang lebih 3 km dari Batu Raden. Di sana terdapat sebuah air terjun yang indah.



3. Pancuran Pitu, yang berjarak 2,5 km dari Batu Raden. Pancuran ini terletak 2,5 km dari Batu Raden. Pancuran ini merupakan sumber air panas bumi dengan temperatur 60°-70° C yang langsung mengalir dari kaki Gunung Slamet melalui tujuh pancuran.

4. Pancuran Telu. Pancuran ini diresmikan pada tanggal 18 Januari 1987. Pancuran ini mengalirkan air panas bersulfur dengan suhu 40‘C yang konon dapat menyembuhkan penyakit kulit dan tulang.

5. Wana Wisata. Obyek wisata ini terletak 2 km dari Batu Raden. Wana Wisata menyajikan pemandangan hutan yang hijau dan indah. Tempat ini sangat cocok untuk kegiatan berkemah dan jungle tracking.

6. Telaga Sunyi. Telaga ini terletak di sebelah timur, yang berjarak sekitar 3,5 km dari Batu Raden. Telaga ini terbilang indah, airnya jernih dan dingin.

7. Taman Kaloka Widya Mandala, yang merupakan kebun binatang sekaligus sebagai wisata pendidikan. Di taman ini terdapat sejumlah binatang yang didatangkan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, seperti kambing kaki tiga, gajah, beruk, sapi kaki lima, ular sanca, monyet, landak, buaya Irian, orangutan, dan rusa. Di komplek wisata ini juga terdapat Museum Satwa Langka yang berisi binatang seperti beruang madu, harimau Sumatera, dan macan dahan.

Di samping obyek wisata yang cukup banyak, kawasan Batu Raden ini juga diwarnai dengan fasilitas seni dan budaya, yaitu:

1. Grebeg Syura atau Sedekah Bumi. Upacara ini dilakukan pada tanggal 9 Bulan Syura. Tujuannya adalah sebagai tolak bala, yaitu dengan melakukan kegiatan-kegiatan berupa ruwat bumi dan selamatan di makam-makam leluhur.

2. Kenthongan, merupakan kesenian musik khas Banyumas. Alat utama kesenian ini adalah kenthong yang berupa potongan bambu yang diberi lubang di sisinya secara memanjang. Untuk memainkannya perlu dikentong.

3. Calung dan lengger. Calung merupakan alat musik yang juga terbuat dari potongan bambu, diletakkan secara melintang, dan dimainkan dengan cara dipukul. Sedangkan lengger adalah tarian yang dimainkan dua orang perempuan atau lebih dan diiringi dengan calung.

4. Pakaian adat Banyumas. Pakaian adat Banyumas ada dua macam, yaitu pakaian untuk kalangan wong cilik (seperti pakaian ancingan, bebed wala, pinjungan, iketan, dan nempean) dan pakaian untuk kalangan bangsawan (beskap untuk pria dan nyamping untuk perempuan).

5. Ebeg (kuda lumping). Ebeg merupakan tarian tradisional Banyumas dengan ciri khasnya menggunakan kuda kepang. Dalam pertunjukan biasanya diiringi dengan gamelan yang bernama bendhe.

6. Pameran tanaman hias, seperti havana, daun dewa, dan palem paris.

7. Sadranan. Ritual ini berupa bersih-bersih makam yang dilanjutkan dengan acara kenduren. Tujuannya adalah untuk mengenang arwah para leluhur.

Sumber : wisatamelayu

Read More-->>

Apa yang salah dengan Blogku..??

>> Rabu, Oktober 07, 2009

"Apa yang salah dengan blogku..??"
"Dan apa yang harus aku lakukan..??"
Dua pertanyaan inilah yang selalu mengusik pikiranku gara-gara Mbah Google belum juga ngasih ranking alias page rank ku masih nol besar...


Sedangkan ranking Alexaku sekarang di antara 300.000 - 400.000 (sering naik turun)

Padahal jika aku perhatikan... banyak blog yang ranking Alexanya masih di atas 1.000.000 sudah dapat ranking dari Mbah Google.
Jika teman-teman punya solusi, saran, kritik, ataupun pendapat... tolong kasih tau aku ya... biar ada perubahan pada blogku ini...
Terima kasih sebelumnya...

Read More-->>

Mudik Bersama Keluarga

>> Jumat, Oktober 02, 2009

Mudik atau Pulang Kampung adalah rutinitas tahunan yang biasa dilakukan oleh para perantau yang mencoba mengais rejeki di Kota atau bahkan Negara lain yang jauh dari kampung halaman. Dan tujuannya tak lain adalah untuk mengunjungi, bersilaturahmi, dan juga melepas rasa rindu pada keluarga dan sanak saudara yang sudah sekian lama ditinggalkan. Biasanya acara ini dilakukan pada saat menjelang hari raya Idul Fitri.

Hal itu juga aku alami di tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya. Bersama anak dan istri, aku berangkat dari Kota Bandung pada hari kamis, 17 September 2009 pukul 16.30 WIB menuju Kota Magelang tempat kelahiranku. Jarak yang di tempuh sekitar 400 KM dan kami tidak naik Bus ataupun Kereta, tapi kami menempuh jarak sejauh itu dengan sepeda motor,… Lumayan capek juga sih.

Terima kasih Untuk Indosat

Beruntung di daerah Ciamis kami menemukan Posko yang memang disediakan bagi para pemudik untuk beristirahat dan melepas lelah. Posko tersebut didirikan oleh PT. Indosat, salah satu operator telepon selular terbesar di Indonesia. Ini ada beberapa gambar yang aku ambil saat berada di Posko tersebut.





Karena waktu itu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, kami memutuskan untuk beristirahat disana. Kami sangat berterimakasih sekali atas keberadaan Posko tersebut, karena selain bisa istirahat, kami juga mendapatkan pelayanan yang sangat baik oleh para kru yang sangat ramah dan baik juga.

Di posko tersebut juga disediakan sarana pijat gratis, bengkel motor gratis, mini market dan juga sarana hiburan seperti play station dan film layar lebar. Kami dan para pemudik lain seperti di manjakan di tempat itu.

Setelah cukup istirahat, pada pukul 03.00 WIB tepatnya hari Jumat, 18 September 2009 kami bangun dan melaksanakan sahur untuk berpuasa. Setelah itu kami langsung berpamitan dan melanjutkan perjalanan yang baru seperempat jalan kami tempuh kemarin.

Masih tiga per empat jarak yang harus kami tempuh hingga sampai tempat tujuan. Dalam perjalanan itu kami sempat beberapa kali istirahat untuk sekedar melepas lelah ataupun mengisi bahan bakar kuda besiku. Di sela-sela istirahat tersebut aku sempat mengambil beberapa foto untuk kenang-kenangan. Ini dia gambarnya…




Hingga kira-kira pukul 14.00 WIB kamipun sampai di tempat tujuan dan langsung disambut dengan hangat oleh keluarga dan saudara-saudara kami. Rasa letih, lelah bahkan lapar yang kami rasakan seakan hilang begitu saja setelah bertemu keluarga dan sanak saudara yang selama ini kami tinggalkan.

Disinilah kami merasakan betapa berharganya hubungan kekeluargaan, kebahagiaan yang kami rasakan saat itu takkan pernah bisa tergantikan oleh apapun. Mungkin anda juga pernah merasakan hal yang sama. Sejauh apapun jarak yang kita tempuh, sebanyak apapun dana yang harus kita keluarkan, dan sebesar apapun resiko yang harus kita hadapi, semua itu seakan tak ada artinya dibanding kebahagiaan yang kita rasakan disaat bisa bersilaturahmi dengan keluarga kembali.

Tujuanku menulis artikel ini hanyalah untuk sekedar berbagi cerita tentang perjalanan mudikku kemarin. Semoga kalian tidak kecewa setelah membacanya. Aku ucapkan terima kasih buat yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca tulisan ini dan yang mau memberi komentar untuk artikel ini.

Keep bloging n sukses selalu buat kalian semua…
See… Yaaa……

Read More-->>

Hadiah Sepeda Baru

>> Rabu, September 30, 2009

Obrolan antara Ibu dan anaknya yang masih duduk di kelas tiga sekolah dasar yang mau melaksanakan ujian kenaikan kelas….

Ibu : Belajar yang rajin ya nak… nanti kalau kamu naik kelas ibu belikan kamu sepeda baru… (Bujuk sang ibu biar anaknya rajin belajar, padahal sebenarnya sang ibu belum punya uang dan bingung mau cari uang kemana, apalagi kondisi keuangan keluarga tersebut sangat pas-pasan)

Anak : Ya Bu… Saya akan rajin belajar biar ga ngecewain Ibu…

Hari demi hari berlalu… Tibalah waktunya pembagian nilai hasil ujian tersebut. Setelah melihat hasilnya… Anak tersebut langsung pulang karena tak sabar pingin kasih kabar gembira ke ibunya.

Anak : Ibu… Ibu… Saya sudah terima nilai hasil ujian kemarin… Dan kabar baiknya lagi… Ibu ga usah susah-susah beliin saya sepeda baru….

Ibu : Waduh… Ternyata selain pintar, anak saya sudah semakin dewasa dan bisa ngerti kalau ibu belum punya uang… Coba sini lihat hasil nilai ujianmu…

Setelah melihatnya… Sang ibu langsung terduduk lemas. Ternyata anaknya dinyatakan tidak naik kelas…!!!

Read More-->>

ARCA DEWI DURGA Mahisasuramardhini

>> Rabu, September 16, 2009

Durga Mahisasuramardhini


Arca Dewi DurgaMahesasuramardhini dari Candi Singosari Jawa Timur

Arca-arca peninggalan masa lampau, zaman kerajaan-kerajaan bercorak Hindu Budha di Nusantara tidak hanya menampilkan keindahan semata. Arca-arca tersebut banyak memiliki makna yang berkaitan dengan cerita sejarah, legenda, mitologi, dan unsur religius yang terkandung di balik keindahannya itu sendiri.

Durgamahasisuramardhini yang merupakan gabungan dari kata Durga, Mahisa, Asura, dan Mardhini. Arca Dewi Durga memiliki banyak tangan, lebih dari 8, 12 atau pada beberapa arca sampai dengan 16. Dewi Durga adalah nama sakti atau istri Dewa Siwa, Mahisa adalah kerbau, Asura berarti raksasa, sedang Mardhini berarti menghancurkan atau membunuh. Jadi, Durgamahasisuramardhini berarti Dewi Durga yang sedang membunuh raksasa yang ada di dalam tubuh seekor kerbau. Durga merupakan tokoh dewi yang terkenal di India, dan juga sangat di puja-puja dalam agama Hindu. Dia dipuja di musim gugur pada pertengahan kedua bulan Asvina di propinsi India Timur Laut.

Dewi Durga pembunuh mahisa (kerbau) yang penjelmaan asura (raksasa musuh para dewa yang sering menyerang khayangan). Dewi Durga ditugaskan untuk menghalau asura. Asura bisa menjelma jadi berbagai macam bentuk, misalnya gajah, singa, kerbau. Sebelum muncul wujud aslinya, diwujudkan dengan mahisa (kerbau). Setelah mahisa dibunuh ditombak dengan trisula, muncul wujud aslinya (asura). Menjelma keluarnya dari ubun-ubun (kepala).

Sebagai dewi yang digambarkan sedang berperang, Durga membawa senjata. Tangan atasnya membawa cakra dan yang dibekali oleh dewa wisnu. Dia juga bawa pedang yang panjang dan busur panah dengan mata panahnya. Tangan sebelah kanan depan menarik ekor dari kerbau (mahisa yang sudah mati). Tangan kiri menjambak rambut asura. Tangan lainnya bawa pitaka (perisai) dan Cangka, dibuat dari cangkang kerang pemberian Dewa Wisnu. Durga digambarkan dalam adegan kemenangan setelah berhasil mengalahkan asura yang berubah bentuk seperti kerbau yang sangat besar.



Beberapa Arca Dewi Durga Mahesasuramardhani Museum Nasional Jakarta (foto: ©2007 arie saksono)

Menurut naskah Devi Mahatya, diceritakan bahwa para dewa pada suatu ketika dikalahkan oleh para asura atau raksasa dibawah pimpinan Mahisasura. Para dewa memohon pertolongan Dewa Siwa dan Dewa Wisnu untuk dapat mengalahkan dan mengusir para asura yang telah mengganggu khayangan. Mendengar peristiwa yang menimpa para dewa, Dewa Siwa dan Dewa Wisnu menjadi sangat marah akan perbuatan para asura, sehingga dari mulut mereka keluar lidah api yang menyala-nyala. Lidah api juga keluar dari tubuh dewa-dewa yang lain. Kekuatan lidah api bergabung menerangi semua penjuru yang akhirnya mengumpulkan dan membentuk tubuh seorang wanita yang sangat cantik dan jadilah Dewi Durga.

Siwa memberikan Trisulanya, Wisnu memberikan Cakra, Baruna memberikan sebuah Sangkha dan Pasa, kalung mutiara dan sepasang pakaian yang tidak bisa rusak, Agni memberikan tombak, Maruta memberi busur dengan anak panahnya, Indra memberi Fajra dan Ganta, Yama memberi Kamandalu, Kala memberi pedang dan perisai, Vivakarma memberi kapak yang mengkilap beserta senjata dan baju sirah yang tidak tembus senjata, Himavat memberikan seekor singa sebagai wahana, Kuwera memberi mangkuk yang penuh dengan anggur, dan Sesa memberikan sebuah kalung ular yang dihiasi dengan permata yang besar.

Melalui Dewi Durga, para dewa akhirnya berhasil mengalahkan Mahisasura dengan menginjak lehernya. Dari kepala atau mulut Mahisa keluar wujud Asura-raksasa dan segera dibunuhnya.

Berdasarkan latar belakang cerita tersebut, Durgamahasisuramardhini biasa digambarkan sedang membunuh Mahisasura, dengan jumlah tangan yang bervariasi, trisula menusuk di leher mahisa. Dia memiliki tiga mata, dada membusung, pinggang ramping, dan berdiri dalam sikap Tribhangga, rambut Jatamahkota, sedang Asura digambarkan dalam bentuk kerbau dengan darah mengalir di lehernya, berbaring di bawah kaki durga. Pada beberapa arca dewi Durga kaki kanannya biasanya digambarkan berada diatas singa, sedang kaki kirinya menginjak punggung kerbau, dan singa digambarkan sedang mencakar kerbau. Di candi-candi, ia biasanya menempati relung sebelah utara.

©2007 arie saksono
Sumber : Mas Arie Site

Read More-->>

Apa ya...??

>> Selasa, September 08, 2009

Suatu hari ada dua anak laki-laki sedang berjalan sambil bercanda menuju ke sebuah masjid di dekat sekolah mereka. Inilah sedikit kutipan dari obrolan mereka ...

Anak A : Aku punya pertanyaan nih... jawab ya...
Bagaimana caranya biar sepatu kamu tidak hilang di masjid..??
Anak B : Ya di simpan di kelas aja...
Anak A : Salah... Jawaban yang tepat adalah...
Kamu pakai sendal aja biar sepatu kamu tidak hilang...
Anak B : Bener juga ya...?? Gantian aku yang nanya ya...
Pekerjaan apa yang di benci setan tapi juga di kutuk Tuhan..??
Anak A : Apa ya...?? Nyerah deh...
Anak B : Jawabannya adalah...
"Memperkosa anak setan"...
Anak A+B : Hahahaha... wkwkwkwk... ckikikikik....

Read More-->>

Award Patriotisme dan Nasionalisme

>> Sabtu, September 05, 2009



Beberapa hari yang lalu ada sobat blogger yang berbaik hati kasih award di atas…. Kluwan Lover namanya… Kali ini temanya Patriotisme dan Nasionalisme sesuai dengan gambarnya yaitu merah putih.

Buat sobat Kluwan Lover aku ucapkan terima kasih atas awardnya, tapi maaf aku baru bisa posting sekarang soalnya beberapa hari ini aku lumayan sibuk…Hehehe…

Ada 2 syarat untuk memposting award ini…..
Yang pertama, kita harus membuat puisi yang sesuai dengan tema tentunya. Panjang pendeknya puisi tersebut tidak ditentukan jadi ya terserah kita.

Ini puisi yang aku buat. Jangan diketawain ya kalau jelek….

I ndah alam negriku
N egeri kaya adat dan budaya
D uniapun kagum dibuatnya
O h Tuhan berilah kami kekuatan
N egari ini sedang dalam ujian
E mosi seakan tak tertahan
S ungguh kami ingin perubahan
I ndonesia maju kami harapkan
A gar kami tak lagi dilecehkan

Yang kedua, kita juga harus membagikan award ini kepada 10 sobat blogger kita yang lain. Cuma yang ini aku bingung, ga tau harus kasih ke siapa. Kejadian yang sering terjadi yaitu orang yang kita kasih award ternyata sudah dapat award yang sama dari orang lain… jadinya kan sia-sia…

Untuk menghindari hal itu… aku bebasin aja deh buat siapa aja yang belum kebagian dan berminat dengan award ini silahkan di ambil dan di posting ya. Tapi jangan lupa untuk ninggalin pesan di kolom koment ya…dan di artikel kamu nanti jangan lupa kasih keterangan juga dari mana kamu ambil award ini…

Terima kasih atas kerja samanya dan selamat berkreasi.
Sukses selalu buat blogger Indonesia.








Read More-->>

Kemeriahan HUT-RI Dikantorku

>> Kamis, Agustus 20, 2009

“MERDEKA..!!!”… “MERDEKA..!!!”… “MERDEKA..!!!”…
(Biar semangat bacanya)

HUT-RI identik dengan upacara agustusan dan berbagai macam perlombaan yang tujuannya selain untuk memeriahkan, juga untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama warga.

Kali ini saya mau berbagi pengalaman saya waktu perayaan HUT-RI ke-64 yang diadakan dikantorku pada hari senin, 17 Agustus 2009 kemarin. Alhamdulillah pelaksanaannya lancar dan cukup meriah.

Semua karyawan dan dosen di undang untuk mengikuti acara tersebut, dan agar lebih meriah lagi… kami boleh membawa anggota keluarga agar bisa mengikuti segala acara ataupun perlombaan yang diadakan.

Perlombaannyapun beraneka ragam tergantung usia juga. Kalau buat anak-anak ada lomba menggambar dan mewarnai, dan untuk yang dewasa lebih banyak lagi… Mulai dari tarik tambang, balap karung, bakiak, dll. Yang khusus laki-laki dan yang paling ramai juga ada… yaitu panjat pinang.

Belum lagi perlombaan yang sudah di laksanakan beberapa hari sebelum hari-H tiba. Seperti futsal, badminton, tennis meja, catur, dll. Pokoknya banyak deh perlombaannya…

Ini ada beberapa foto dan video yang sempat saya abadikan lewat HP jadulku…















Lomba tarik tambang Ibu-ibu















Coba tebak siapa ini…




























Para kesatria panjat pinang



Beberapa video yang sempat terekam

Maaf kalau gambarnya kurang banyak soalnya saya terlalu asik mengikuti berbagai perlombaan tersebut dan tidak sempat mengabadikan yang lainnya. Saya juga terlalu serius mikirin doorprise (habis namaku nggak di panggil-panggil sih).

Udah ah, ntar kalau kebanyakan cerita malah ga dibaca sama teman-teman semua….
Terimakasih sudah mau mampir dan membaca tulisanku ini.

Hidup Indonesia…
“MERDEKA..!!!”… “MERDEKA..!!!”… “MERDEKA..!!!”…

Read More-->>

International Bloggers Community

>> Sabtu, Agustus 15, 2009

Be a proud member of the International Bloggers Community!
The rules are quite easy.




The Rules:
1. Link the person who tagged you.
2. Copy the image above, the rules and the questionnaire in this post.
3. Post this in one or all of your blogs.
4. Answer the four questions following these Rules.
5. Recruit at least seven (7) friends on your Blog Roll by sharing this with them.
6. Come back to BLoGGiSTa iNFo CoRNeR(PLEASE DO NOT CHANGE THIS LINK) at http://bloggistame.blogspot.com and leave the URL of your Post in order for you/your Blog to be added to the Master List.
7. Have Fun!

Questions & Your Answers:
1. The person who tagged me: Bizril
2. His/her site's title and url: http://bizril.blogspot.com/
3. Date when you were tagged: August 15, 2009
4. Persons I tagged:

1. Dapur Punyaku
2. Seputar Dunia Anak
3. Meriam Sijagur
4. Kata Adalah Senjata
5. Nuranuraniku
6. Hamster Land
7. Welcome to Mom's World

Enjoy & be counted!

For those whom get this award may post them directly, don't forget to post this award in BLoGGiSTa iNFo CoRNeR link so your link will be installed in their Master Lists.

Thanks,
Best Regards

Read More-->>

Arca Budha Candi BOROBUDUR

Arca-arca Budha sekilas terlihat sama. Namun demikian dapat diidentifikasi berdasarkan sikap tangannya atau mudranya yang penempatannya berdasarkan penjuru mata angin. Arca Budha memiliki karaktersitik berdasarkan posisi Budha saat melakukan pertapaan.


















Arca Budha di Candi Borobudur

Karakteristik arca Budha:

>Pada ujung kepala, rambut Sang Budha keriting dan selalu searah jarum jam dan disanggul ushnisa).
>Pada dahinya terdapat tonjolan kecil yang disebut (urna).
>Pada leher Sang Budha jika diperhatikan terdapat garis-garis sebanyak tiga buah melambangkan kesabaran dan juga sebagai manusia sempurna.
>Arca Budha memiliki telinga yang panjang sebagai gambaran kalau Budha itu Maha Mendengar.
>Mata Budha digambarkan setengah terpejam karena melambangkan orang yang melakukan yoga yang bertujuan untuk membantu konsentrasi. Setelah memejamkan mata kemudian perhatian diarahkan ke ujung hidung untuk bisa membantu konsentrasi.

Bagian tubuh, seluruh patung Budha tidak ada yang memakai baju kebesaran, hanya memakai jubah. Jubah itu hanya menutup sebagian dadanya. Tidak ada yang penuh menutupi seluruh tubuhnya. Dada bagian kanan dibiarkan terbuka, sedangkan bagian kiri tertutup. Baju hanya berupa kain biasa menandakan sikap Budha yang telah meninggalkan hal-hal duniawi.

Sikap tangan Budha juga melambangkan hal yang berbeda-beda yang disebut Mudra. Mudra ini menjadi petunjuk atau identifikasi tentang apa yang sedang dilakukan Budha. Sikap kaki bersila dan berada di singgasana berbentuk teratai, dinamakan padmasana. Kaki kanan telapak kakinya dibuka ke atas ditumpangkan pada kaki sebelah kiri. Sikap kaki kanan menjadi semacam penopang tubuh untuk relaksasi saat bermeditasi. Bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh Budha baik dari sikap tangan dan bahu menunjukkan sikap tubuh seperti orang sedang beryoga. Penempatan arca Budha mengikuti arah penjuru mata angin.

Berikut adalah Dyani budha Arca Budha menurut Mudra:



















Sumber gambar: Soekmono, R., Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993.

1. UTARA: Dhyani Buddha Amoghasidhi dengan Abhaya-Mudra (a= meniadakan, bhaya= bahaya). Arca budha dengan mudra/ sikap telapak tangan menghadap ke depan, maksudnya adalah meniadakan bahaya/ menolak bahaya.
2. SELATAN: Dhyani Budha Ratnasambhawa. Arca budha bersikap tangan Wara-Mudra. Wara-Mudra melambangkan pemberian amal, memberi anugerah atau berkah.
3. BARAT: Dhyani Budha Amitabha. Arca budha dengan sikap Dhyana-Mudra sikap tangan melambangkan sedang bermeditasi atau mengheningkan cipta.
4. TIMUR: Dhyani Buddha Aksobhiya. Arca Budha melambangkan Bhumispara-Mudra, sikap tangan yang menggambarkan saat Sang Budha memanggil dewi bumi, sebagai saksi ketika ia menangkis semua serangan iblis (mara).
5. ZENITH/ PUSAT: Dhyani Budha Wairocana. Arca budha dengan sikap Dharma Cakra-Mudra melambangkan gerak memutar roda dharma. Di Candi Borobudur, Mudra ini digambarkan dengan sikap tangan yang disebut Witarka-Mudra.

©2008 arie saksono
Sumber : Mas Arie Site

Read More-->>
Blog Widget by LinkWithin

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP